Jumat, 02 Desember 2011

Asuhan Keperawatan DIC

A. KONSEP DASAR

a. Definisi

DIC adalah kelainan trombhohemoragy yang terjadi, bukan sebagai pemisahan kesatuan, tetapi sebagai komplikasi kelainan tertentu.

DIC merupakan suatu keadaaan unik yang ditandai oleh pembentukan emboli multipel diseluruh mikrovaskular.

DIC merupakan gangguan pembekuan darah dengan karakteristik adanya penumpukan fibrin pada arteriole dan seluruh tubuh yang kemudian menimbulkan pembekuan dan terjadinya perdarahan dari ginjal, otak, hati, dan organ-organ lain.

b. Etiologi

Hypofibrinogenemia
Trombositopenia
Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah
Fibrinolisis berlebihan

c. Manifestasi klinis

Perdarahan dari tempat-tempat pungsi, luka, dan membrane mukosa pada klien dengan syok, komplikasi persalinan, sepsis atau kanker.
Perubahan kesadaran yang mengindikasikan thrombus serebrum.
Distensi abdomen yang menandakan adanya perdarahan saluran cerna.
Sianosis dan takipnea akibat buruknya perfusi dan oksigenasi jaringan.
Hematuria akibat perdarahan atau oliguria akibat menurunnya perfusi ginjal.

d. Patofisiologi

Adanya keadaan perubahan factor pembekuan tertentu mengakibatkan pelepasan substansi tromboplastik yang kemudian mengaktivasi thrombin dan selanjutnya akan mengaktifkan fibrinogen dan berakibat penumpukan fibrin pada mikrosirkulasi. Agregasi patelet/trombosit atau dhesivitas yang meningkat memungkinkan fibrin membeku dan terbentuk mikrotrombin di otak, ginjal, jantung, dan organ-organ lain sehingga menyebabkan mikroinfark dan nekrosis jaringan. Pada sisi lain sel-sel darah merah terkepung pada benang fibrin dan mengalami kerusakan (hemolisis) mengakibatkan penurunan aliran darah, berkurangnya trombosit, protombin, dan factor pembekuan yang meluas mengaktivasi mekanisme fibrinolitik. Sehingga menyebabakan produksi zat pemecah fibrin. Zat peecah fibrin bekerja menghambat fungsi pembekuan trombosit, yang memungkinkan koagulasi menjadi lambat dan memicu perdarahan lebuh lanjut.

e. Pathway
f. Pemeriksaan penunjang

Tes laboratorium yang mengidentifikasikan DIC adalah :
Protombin time memanjang
Fibrinogen menurun
Jumlah trombosit menurun

g. Penatalaksanaan

Menghilangkan factor pencetus
Tindakan pendukung, seperti O₂ suplemen dan cairan IV untuk mempertahankan tekanan darah.
Terapy heparin, heparin dapat diberikan 200U/Kg BB IV tiap 4-6jam.
Terapy pengganti., darah atau PRC diberikan untuk mengganti darah yang keluar, tranfusi, trombosit, dan plasma beku segar untuk mengontrol perdarahan.
Obat penghambat fibrinolitik (amicar)yang memblok akumulasi produk degradasi fibrin dan harus diberikan setelah terapy heparin.
Dapat diberikan plasma yang mengandung factor VIII, sel darah merah dan tombosit.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1) Kaji adanya fakrtor-faktor predisposisi,
Septicemia
Komplikasi obstetric
Syndrome distress pernapasan dewasa/ARDS
Luka bakar, berat, dan luas
Trauma
2) Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan,
Perdarahan
Hematuria
Rembesan darah dari sisi pungsi vena dan luka
Epitaksis
Perdarahan GI Tract (hematemesis melena)
3) Kerusakan perfusi jaringan
Serebral, perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental, atau sakit kepala
Ginjal, penurunan pengeluaran urine
Paru, dipsnea, ortopnue
Kulit, akrosianosis (ketidakteraturan bentuk, bercak sianosis, pada lengan perifer atau kaki)
4) Pemeriksaan diagnostic
Jumlah trombolisis rendah
Degradasi produk fibrin meningkat
Kadar fibrinogen plasma darah rendah

b. Diagnosa keperawatan

1) Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan, defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan ditandai penurunan tingkat kesadaran , output urin kurang, adanya perdarahan pada kulit, mukosa, dan GI.
Tujuan →keseimbangan cairan terjaga, output urine ≥ 30ml/jam, perdarahan tidak terjadi.
KH→
2) Resiko terjadinya gangguan perfusi jaringan sehubungan adanya mikrotrombus ditandai adanya gas darah yang abnormal, edema, bunyi nafas tidak normal, tingkat kesadaran menurun.
Tujuan →perfusi jaringan adekuat, ditandai akral hangat, tidak adanya sianosis, kavilari refill < 3detik. KH → 3) Resiko kerusakan integras kulit berhubungan dengan adanya iskemia atau perdarahan, ditandai adanya mikroemboli pada vaskuler, perubahan warna kulit pada lokasi mikroemboli. Tujuan →integritas kulit utuh, mukosa mulut utuh. KH → c. Intervensi Dx. Rencana tindakan Rasional 1. Monitor adanya perdarahan pada kulit, mukosa mulut , hidung, saluran cerna. Ukur tanda-tanda vital setiap 4jam. Monitor output urine. Berikan minum oral secara adekuat. Lakukan kebersihan mulut dengan hati-hati. Hindari injeksi IM, IV. Hindari pengobatan melalui rectal. Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan peningkatan tekanan intrakranial, seperti batuk, mengedan, bersin. Monitor hasil pemeriksaan darah seperti trombosit dan factor pembekuan. Mengidentifikasi perdarahan lebih luas,penanganan lebih dini. Perdarahan dapat menimbulkan syok dengan penurunan tekanan darah. Salah satu indikator keseimbangan cairan. Meningkatkan asupan cairan. Mencegah perdarahan. Mencegah pedarahan. Mencegah perdarahan pada rectal. Mencegah perdarahan intracranial. Penurunan trombosit dan factor pembekuan merupakan penyebab perdarahan. 2. Oservasi tanda-tanda gangguan perfusi jaringan seperti akral dingin, adanya keringat dingin, kavilarri refill > 3detik.
Ukur tanda-tanda vital setiap 4jam.
Kaji sistem neorologi , pernapasan dan kulit.
Monitor respon pemberian heparin.
Monitor hasil pemeriksaan darah tentang factor pembekuan.
Mengidentifikasi adanya gangguan perfusi jaringan tubuh.
Tekanan darah menurun pada gangguan perfusi jaringan.
Thrombosis dapat menimbulkan kegagalan fungsi organ.
Pemberian heparin mempengaruhi jumlah fibrinogen.
Mengetahui kemajuan/perbaikan kondisi pasien.
3.
Kaji keadaan kulit yang tertekan tulang dan daerah lipatan.
Ganti posisi secara hati-hati dan gunakan tempat tidur yang lembut.
Gunakan alat-alat yang lembut seperti sikat gigi dan alas kaki.
Lakukan perwatan kulit, jaga kulit tetap bersih dan kering.
Lakukan penekanan yang lma, lebih lama pada tempat injeksi.
Laksanakan program pengobatan untuk mencegah pembekuan atau perdarahan.
Area yang tertekan sangat beresiko terjadinya kerusakan kulit.
Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah dekubitus.
Mencegah terjadinya perlukaan dan injury.
Kulit kotor menjdi gatal dan mudah lecet.
Mencegah perdarahan.
Mengatasi factor penyebab.

DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Warnanah. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta :
Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

0 komentar:

Posting Komentar